Disable Preloader

MEMAHAMI SATURASI KRITIS PADA PASIEN COVID-19

Thumbnail 1 Thumbnail 2

Pasien yang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19 umumnya mengalami gejala seperti batuk kering, demam, hingga anosmia (hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau). Selain itu, ada suatu kondisi yang menunjukkan kesehatan pasien Covid-19 menjadi lebih baik atau memburuk yaitu dengan melihat tingkat saturasi oksigen. Biasanya pasien Covid-19 cenderung memiliki tingkat oksigen di dalam darah yang rendah. Hal ini dikarenakan sirkulasi oksigen pada pasien yang terhambat akibat adanya infeksi virus pada paru-paru, sehingga mengakibatkan penumpukan cairan yang menyulitkan oksigen masuk ke dalam tubuh. Pasien Covid-19 dengan saturasi oksigen yang rendah tersebut sangat membutuhkan asupan oksigen lebih untuk menstablikan saturasi oksigen.

Saturasi oksigen merupakan ukuran persentase oksihemoglobin atau hemoglobin yang terikat oksigen dalam darah. Saturasi oksigen juga menjadi parameter penting untuk menentukan kandungan oksigen darah dan pengiriman oksigen. Saturasi oksigen ini dapat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu fungsi paru, sistem peredaran darah dan fungsi paru-paru. Distres napas pada pasien Covid bisa disebabkan oleh dua hal yaitu gagal napas dan tromboemboli (bekuan darah yang bergerak). Saturasi oksigen seseorang dapat diukur dengan alat yang bernama oximeter. Pengukurannya dilakukan dengan cara menjepitkan oximeter pada jari tangan, kemudian saturasi oksigen akan diukur berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan oleh sinar inframerah, yang dikirim ke pembuluh darah kapiler.

Kisaran normal satuasi oksigen arteri (SpO2) untuk orang dewasa adalah 95–100 persen. Hasil pengukuran kurang dari 90 persen maka dianggap rendah dan membutuhkan tambahan oksigen eksternal. Sementara untuk orang dengan saturasi oksigen kurang dari 80 persen, artinya orang tersebut sangat membutuhkan bantuan ventilator. Saturasi oksigen yang rendah bisa memicu hipoksemia, yaitu kondisi di mana tubuh tidak dapat mengirim oksigen ke semua sel, jaringan, dan organ. Pada umumnya pasien Covid-19 cenderung memiliki kadar oksigen rendah dan mengalami kondisi yang dinamakan happy hypoxia, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan saturasi yang rendah namun tidak bergejala tetapi bisa berakibat fatal bagi pengidapnya. Oleh sebab itu, pasien Covid-19 diharuskan rutin melakukan pengecekan saturasi oksigen dalam darah.

Meningkatkan saturasi oksigen agar tetap stabil diantaranya dapat dilakukan dengan memastikan bahwa sirkulasi udara di ruangan sudah baik, olahraga teratur, konsumsi zat besi, dan menghindari merokok. Salah satu cara atau teknik untuk meningkatkan saturasi oksigen tanpa tabung oksigen yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan teknik proning. Teknik proning termasuk langkah sederhana dalam meningkatkan ventilasi dan memudahkan bernapas yang dapat dilakukan dengan 3 posisi sebagai berikut:

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait teknik proning agar bisa optimal sebagai berikut :

  1. Proning diperlukan jika pasien kesulitan bernapas dan kadar oksigen di bawah 94 persen.
  2. Hindari tengkurap selama 1 jam setelah makan
  3. Diperbolehkan tengkurap hingga 16 jam sehari, dalam beberapa siklus, jika merasa nyaman.
  4. Bantal bisa disesuaikan untuk mengubah area tekanan dan kenyamanan.
  5. Pantau setiap luka tekan atau cedera terutama di sekitaran tonjolan tulang.
  6. Bila tidak nyaman, segera hentikan.
  7. Selama isolasi mandiri di rumah, penting untuk memantau oskigen, suhu tubuh, tekanan, dan gula darah.
  8. Jangan lakukan proning pada ibu hamil, pasien gangguan jantung, punya masalah trombosis vena dalam (diobati dalam waktu kurang dari 48 jam), dan punya masalah tulang belakang, tulang paha dan panggul.

 

Mari kita tingkatkan pengetahuan kita terkait Covid-19 dengan selalu menerapkan protokol kesehatan 5M untuk mencegah penularan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia.

 

Salam Sehat...

Tags :